KONSEP BELAJAR KONSTRUKTIVISTIK
Oleh : Mohamad Sugeng Haryono, SE
(Guru SMP Islam Baitul ‘Izzah Nganjuk, Jawa Timur)
Belajar menurut perspektif konstruktivistik adalah pemaknaan pengetahuan. Hal tersebut berdasarkan asumsi pengetahuan bukanlah gambaran dunia kenyataan belaka tetapi selalu meripakan konstruksi kenyataan melakukan kegiatan subyek. Mind berfungsi sebagai alat menginterpretasi sehingga muncul makna yang unik.
Konstruktivistik menekankan pada belajar sebagai pemaknaan pengetahuan structural, bukan pengetahuan deklaratif sebagaimana pandangan behavioristik. Pengetahuan dibentuk oleh individu secara personal dan sosial. Pemikiran konstruktivisme bersifat personal dikemukakan oleh Jean Piaget. Perspektif konstruktivisme sosial dikemukakan oleh Vygotsky.
Berdasarkan proposisi-proposisi tersebut diatas, apa implikasinya dalam kegiatan belajar mengajar ? Coba anda refleksikan bagaimana anda mengajar selama ini. Apakah anda telah mengorganisasikan pembelajaran berdasarkan konstruktivistik ? Bandingkan hasil refleksi anda dengan rumusan-rumusan dibawah ini :
Belajar berdasarkan konstruktivistik menekankan pada proses perubahan konseptual (conceptual-change process). Hal ini terjadi pada diri siswa ketika peta konsep yang dimilikinya dihadapkan dengan situasi dunia nyata. Dalam proses ini siswa melakukan analisis, sintesis, berargumentasi, mengambil keputusan, dan menarik kesimpulan sekalipun bersifat tentatif. Konstruksi pengetahuan yang dihasilkan bersifat viabilitas artinya konsep yang telah terkonstruksi bisa jadi tergeser oleh konsep lain yang lebih dapat diterima.
Driver dan
1. Orientasi, merupakan fase untuk memberi kesempatan kepada siswa memperhatikan dan mengembangkan motivasi terhadap topik materi pembelajaran.
2. Elicitasi, merupakan fase untuk membantu siswa menggali ide-ide yang dimilikinya dengan memberi kesempatan kepada siswa untuk mendiskusikan atau menggambarkan pengetahuan dasar atau ide mereka melalui poster, tulisan yang dipresentasikan kepada seluruh siswa.
3. Restrukturisasi ide, dalam hal ini siswa melakukan klarifikasi ide dengan cara mengkontraskan ide-idenya dengan ide orang lain atau teman melalui diskusi. Berhadapan dengan ide-ide lain, seseorang dapat terangsang untuk merekonstruksi gagasannya, kalau tidak cocok. Sebaliknya menjadi lebih yakin jika gagasannya cocok. Membangun ide baru, hal ini terjadi jika dalam diskusi idenya bertentangan dengan ide lain atau idenya tidak dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan teman-temannya. Mengevaluasi ide barunya dengan eksperimen. Jika dimungkinkan, sebaiknya gagasan-gagasan yang baru dibentuk itu diuji dengan suatu percobaan atau persoalan yang baru.
4. Aplikasi ide, dalam langkah ini ide atau pengetahuan yang telah dibentuk siswa perlu diaplikasikan pada bermacam-macam situasi yang dihadapi. Hal ini akan membuat pengetahuan siswa lebih lengkap bahkan lebih rinci.
5. Review, dalam fase ini memungkinkan siswa mengaplikasikan pengetahuannya pada situasi yang dihadapi sehari-hari, merevisi gagasannya dengan menambah suatu keterangan atau dengan cara mengubahnya menjadi lebih lengkap. Jika hasil review kemudian dibandingkan dengan pengetahuan awal yang telah dimiliki, maka akan memunculkan kembali ide-ide (elicitasi) pada diri siswa. (M. Sugeng Haryono - 03586164165)
Gombal Mukiyi
BalasHapus